Daftar Isi
Ruang Lingkup Akidah
Ruang lingkup Akidah antara lain sebagai berikut :
- Ilahiyyat (ketuhanan). Yaitu yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) dari segi sifat-sifat- Nya, nama-nama-Nya, dan af’al Allah. Juga dipertalikan dengan itu semua yang wajib dipercayai oleh hamba terhadap Tuhan.
- Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul mengenai sifat-sifat mereka, ke-ma’shum-an mereka, tugas mereka, dan kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang bertalian dengan pari wali, mukjizat, karamah, dan kitab-kitab samawi..
- Ruhaniyyat (kerohanian). Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam bukan materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan, iblis, dan ruh.
- Sam’iyyat (masalah-masalah yang hanya didengar dari syara‟). Yaitu pembahasan yang berhubungan dengan kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat, keadaan alam kubur, tanda-tanda hari kiamat, ba’ts (kebangkitan dari kubur), mahsyar (tempat berkumpul), hisab (perhitungan), dan jaza’ (pembalasan).
RUANG LINGKUP AKIDAH SEBAGAI RUKUN IMAN
Ruang lingkup ‘aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai rukun iman , yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk didalamnya: jin, setan, dan iblis), kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para utusan-Nya, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.
Beriman Kepada Allah
Beriman kepada Allah mengandung pengertian percaya dan meyakini akan sifat-sifat-Nya yang sempurna dan terpuji. Dasar-dasar kepercayaan ini digariskan-Nya melalui rasul-Nya, baik langsung dengan wahyu atau dengan sabda rasul.
Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang suci dari sifat-sifat kekurangan. Dia Maha Esa, Maha benar, Tempat bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan Dia), pencipta segala makhluk, yang melakukan segala yang dikehendaki-Nya, dan mengerjakan dalam kerajaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Beriman kepada Allah juga bisa diartikan berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad (berkeyakinan) dan beramal dengannya, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ wa Sifat. Iman kepada Allah mengandung empat unsur:
Beriman akan adanya Allah.
Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya dalil fitrah, bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus didahului dengan berfikir dan mempelajari sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya. Rasulullah bersabda:
Dari Abi Hurairah r.a berkata: Nabi saw bersabda “Setiap anak terlahir dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda mengetahui di antara binatang itu ada yang cacat atau putus (telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)? Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (HR. Muslim)
Mengimani sifat rububiyah Allah
Yaitu mengimani sepenuhnya bahwa Allah- lah Rabb (Tuhan) yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu dan penolong baginya. Allah dzat yang memiliki hak menciptakan, berkuasa, dan hak memerintah. Tidak ada pencipta yang hakiki, tidak ada penguasa yang mutlak, serta tidak ada yang berhak memerintah kecuali Allah.
Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah)
Yaitu mengimani hanya Dia-lah sesembahan yang tidak ada sekutu bagi-Nya. mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyari‟atkan dan diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya.
Tauhid rububiyah saja tanpa adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum musyrikin pada zaman Rasulullah juga mengimani tauhid rububiyah saja tanpa mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi rizki dan mengatur segala urusan, tetapi mereka juga menyembah sesembahan selain Allah.Allah berfirman:
Artinya : Katakanlah: „Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan. Maka, mereka menjawab: „Allah.‟ Maka, katakanlah: „Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?‟(Q.S.Yunus/10: 31)
Mengimani Asma‟ dan Sifat Allah (Tauhid Asma’ wa Sifat)
Yaitu menetapkan apa-apa yang ditetapkan Allah untuk dzat-Nya yang terdapat dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah tanpa tahrif (penyelewengan), ta’til (penghapusan), takyif (menanyakan bagaimana), dan tamsil (pengumpamaan). Firman Allah:
Artinya : Hanya milik Allah asma-ul husna. Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-A’raf/7: 180)
Beriman kepada Allah merupakan ajaran pokok akidah dalam Islam, yaitu mengesakan Allah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah swt. (tauhid). Ke-Esa-an Allah menurut al-Qur‟an berarti bahwa Allah itu satu dalam diri-Nya (Dzat-Nya), satu dalam sifat-Nya, dan satu dalam perbuatan-Nya.
Satu dalam diri-Nya berarti bahwa Allah itu tidak berbilang-bilang atau lebih dari satu. Satu dalam sifat-Nya berarti bahwa tidak seorangpun yang memiliki sifat Allah yang sangat sempurna. Dan satu dalam perbuatan-Nya berarti bahwa tidak seorangpun yang dapat mengerjakan sesuatu yang telah atau yang dikerjakan oleh Allah.33
Beriman Kepada Malaikat Allah
Secara etimologis Malaikah (dalam bahasa Indonesia disebut Malaikat) adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari masdar al-alukah artinya ar-risalah: misi, pesan. Sedangkan secara terminologis malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah swt dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu dan senantiasa beribadah kepada Allah Swt.
Beriman kepada malaikat berarti percaya bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “Malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan dengan sebaik- baiknya. Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna. Rasulullah saw. pernah bersabda:
Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
Artinya : ”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian. (HR. Muslim).
Beriman kepada malaikat mengandung empat unsur:
- Mengimani wujud mereka, bahwa mereka benar- benar ada bukan hanya khayalan, halusinasi, imajinasi, tokoh fiksi, atau dongeng belaka. Dan mereka jumlahnya sangat banyak, dan tidak ada yang bisa menghitungnya kecuali Seperti dalam kisah mi‟raj-nya Nabi Muhammad saw. bahwa ketika itu Nabi diangkat ke Baitul Ma’mur di langit, tempat para malaikat shalat setiap hari, jumlah mereka tidak kurang dari 70.000 malaikat. Setiap selesai shalat mereka keluar dan tidak kembali lagi.
- Mengimani nama-nama malaikat yang kita kenali, misalnya Jibril, Mikail, Israfil, Maut. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita mengimani keberadaan mereka secara global. Dan penamaan ini harus sesuai dengan dalil dari al-Quran dan Hadist Rasulullah yang shahih.
- Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita kenali, misalnya, memiliki sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Dan juga khususnya Malaikat Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat oleh Nabi saw. yang mempunyai 600 sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam. Allah berfirman:
Artinya : Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Fatir/35: 1)
Malaikat bisa menjelma menjadi seorang laki-laki, seperti saat diutus oleh Allah kepada Maryam, Nabi Ibrahim, Nabi Luth. Juga saat diutusnya Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. ketika beliau berkumpul dengan para sahabat dalam satu mejelis untuk mengajarkan agama kepada para sahabat Nabi.
- Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah kepada Allah siang dan malam tanpa merasa lelah dan bosan. Dan di antara mereka ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu, misalnya:
- Malaikat Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul.
- Malaikat Mikail yang diserahi mengatur pembagian rezeki kepada semua makhluk Allah.
- Malaikat Isrofil yang diserahi tugas meniup sangkakala tatkala terjadi peristiwa hari kiamat dan manusia dibangkitkan dari alam kubur.
- Malaikat Izrail yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa seseorang.
- Malaikat Ridwan dan Malik yang diserahi tugas menjaga Surga dan Neraka.
- Malaikat Rokib dan ‟Atid yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan manusia. Setiap orang yang dijaga oleh dua malaikat, yang satu pada sisi kanan dan yang satunya lagi pada sisi kiri. Allah swt.
- Malaikat Munkar dan Nakir yang diserahi tugas menanyai mayit, yaitu apabila mayit telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya dan Nabinya.
Beriman Kepada Kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul untuk menjadi pegangan dan pedoman hidupnya guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah berfirman:
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya, dan hari Kemudian, maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. an-Nisa’/4: 136)42
Di antara kitab-kitab itu ada yang merupakan pembicaraan Allah dengan rasul tanpa perantara (rasul malaikat), di antaranya ada yang disampaikan melalui seorang rasul malaikat kepada seorang rasul manusia, dan ada juga yang ditulis oleh Allah Swt.
Kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sesuai dengan jumlah rasul-Nya. Hanya di dalam al-Qur‟an dan Hadits tidak disebutkan secara jelas semua nama kitab Allah dan jumlahnya yang diturunkan kepada rasul. Yang disebut namanya secara jelas dalam al-Qur‟an ada empat buah yaitu:
- Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa s
- Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s
- Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s
- . Al-Qur‟an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah telah memilih di antara manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah (rasul) yang di tugaskan untuk menyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah melalui malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.
Pengertian rasul dan nabi berbeda. Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kepada umatnya. Sedangkan Nabi adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikan pada umatnya. Dengan demikian seorang rasul pasti nabi tetapi nabi belum tentu rasul.
Beriman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwa sesudah kehidupan ini berakhir masih ada kehidupan yang kekal yaitu hari akhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (ba’as), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar (hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (wazn), sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka (jaza’).