Makalah Lengkap dan Pengetahuan Umum
Indeks
agama  

RUANG LINGKUP AKIDAH

pixabay.com

Ruang Lingkup Akidah

Ruang lingkup Akidah antara lain sebagai berikut :

  1. Ilahiyyat (ketuhanan). Yaitu yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) dari segi sifat-sifat- Nya, nama-nama-Nya, dan af’al Allah. Juga dipertalikan dengan itu semua yang wajib dipercayai oleh hamba terhadap Tuhan.
  2. Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul mengenai sifat-sifat mereka, ke-ma’shum-an mereka, tugas mereka, dan kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang bertalian dengan pari wali, mukjizat, karamah, dan kitab-kitab samawi..
  3. Ruhaniyyat (kerohanian). Yaitu  pembahasan  tentang  segala sesuatu   yang   berhubungan   dengan   alam   bukan   materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan, iblis, dan ruh.
  4. Sam’iyyat (masalah-masalah   yang   hanya   didengar   dari syara‟). Yaitu    pembahasan    yang    berhubungan    dengan kehidupan  di  alam  barzakh,  kehidupan  di  alam  akhirat, keadaan alam kubur, tanda-tanda hari kiamat, ba’ts (kebangkitan dari kubur), mahsyar (tempat berkumpul), hisab (perhitungan), dan jaza’ (pembalasan).

RUANG LINGKUP AKIDAH SEBAGAI RUKUN IMAN

Ruang lingkup ‘aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai rukun iman , yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk  didalamnya:  jin,  setan,  dan  iblis),  kitab-kitab  Allah yang diturunkan kepada para utusan-Nya, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.

Beriman Kepada Allah

Beriman  kepada  Allah  mengandung  pengertian percaya dan meyakini akan sifat-sifat-Nya yang sempurna dan terpuji. Dasar-dasar kepercayaan ini digariskan-Nya melalui rasul-Nya, baik langsung dengan wahyu atau dengan sabda rasul.

Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan,  yang  suci  dari  sifat-sifat  kekurangan.  Dia Maha Esa, Maha benar, Tempat bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan Dia), pencipta segala makhluk, yang melakukan segala yang dikehendaki-Nya, dan mengerjakan dalam kerajaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.

Beriman kepada Allah juga bisa diartikan berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad (berkeyakinan) dan beramal dengannya, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ wa Sifat.  Iman kepada Allah mengandung empat unsur:

Beriman akan adanya Allah.

Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya dalil fitrah, bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus didahului dengan berfikir dan mempelajari sebelumnya. Fitrah   ini   tidak   akan   berubah   kecuali   ada   sesuatu pengaruh   lain   yang   mengubah   hatinya.    Rasulullah bersabda:

Dari Abi Hurairah r.a berkata: Nabi saw bersabda “Setiap anak terlahir dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.  Sebagaimana  binatang  ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota   tubuhnya).   Apakah   anda   mengetahui   di antara binatang itu ada yang cacat atau putus (telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)? Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (HR. Muslim)

Mengimani sifat rububiyah Allah

Yaitu mengimani sepenuhnya bahwa Allah- lah  Rabb  (Tuhan)  yang Maha  Esa,  yang tidak ada sekutu dan penolong baginya. Allah dzat yang memiliki hak menciptakan, berkuasa, dan hak memerintah. Tidak ada pencipta yang hakiki, tidak ada  penguasa  yang  mutlak,  serta  tidak  ada  yang berhak memerintah kecuali Allah.

Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah)

Yaitu mengimani hanya Dia-lah sesembahan yang tidak ada sekutu bagi-Nya. mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyari‟atkan dan diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya.

Tauhid  rububiyah  saja tanpa  adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum musyrikin pada zaman Rasulullah  juga mengimani tauhid  rububiyah saja tanpa  mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi rizki dan mengatur segala urusan, tetapi mereka juga menyembah sesembahan selain Allah.Allah berfirman:

Artinya : Katakanlah: „Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang  mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan. Maka, mereka menjawab: „Allah.‟ Maka, katakanlah: „Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?‟(Q.S.Yunus/10: 31)

Mengimani Asma‟ dan Sifat Allah (Tauhid Asma’ wa Sifat)

Yaitu menetapkan apa-apa yang ditetapkan Allah untuk dzat-Nya yang terdapat dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama   maupun   sifat-sifat   Allah   tanpa tahrif (penyelewengan), ta’til (penghapusan), takyif (menanyakan  bagaimana), dan tamsil (pengumpamaan). Firman Allah:

Artinya : Hanya milik Allah asma-ul husna. Maka bermohonlah kepada-Nya  dengan  menyebut  asmaa-ul  husna  itu. Dan  tinggalkanlah  orang-orang  yang  menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-A’raf/7: 180)

Beriman kepada Allah merupakan ajaran pokok akidah dalam Islam, yaitu mengesakan Allah bahwa tidak ada  Tuhan  melainkan  Allah  swt.  (tauhid).  Ke-Esa-an Allah menurut al-Qur‟an berarti bahwa Allah itu satu dalam  diri-Nya  (Dzat-Nya),  satu  dalam  sifat-Nya,  dan satu dalam perbuatan-Nya.

Satu dalam diri-Nya berarti bahwa Allah itu tidak berbilang-bilang atau lebih dari satu. Satu dalam sifat-Nya berarti bahwa tidak seorangpun yang memiliki sifat Allah yang sangat sempurna. Dan satu dalam perbuatan-Nya berarti bahwa tidak seorangpun yang dapat mengerjakan sesuatu yang telah atau yang dikerjakan oleh Allah.33

Beriman Kepada Malaikat Allah

Secara etimologis Malaikah (dalam bahasa Indonesia disebut Malaikat) adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari masdar  al-alukah  artinya  ar-risalah: misi,  pesan.  Sedangkan  secara  terminologis  malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah swt dari cahaya   dengan   wujud   dan   sifat-sifat   tertentu   dan senantiasa beribadah kepada Allah Swt.

Beriman kepada malaikat berarti percaya bahwa Allah  mempunyai  makhluk  yang  dinamai  “Malaikat” yang  tidak  pernah  durhaka  kepada-Nya  dan  senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan dengan sebaik- baiknya. Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk   mentaati   dan   melaksanakan   perintah   dengan sempurna. Rasulullah saw. pernah bersabda:

Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

Artinya : ”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian. (HR. Muslim).

Beriman kepada malaikat mengandung empat unsur:

  • Mengimani wujud   mereka, bahwa   mereka   benar- benar  ada  bukan  hanya  khayalan,  halusinasi, imajinasi, tokoh fiksi, atau dongeng belaka. Dan mereka jumlahnya sangat banyak, dan tidak ada yang bisa  menghitungnya  kecuali    Seperti  dalam kisah mi‟raj-nya Nabi Muhammad saw. bahwa ketika itu Nabi diangkat ke Baitul Ma’mur di langit, tempat para malaikat shalat setiap hari, jumlah mereka tidak kurang dari 70.000 malaikat. Setiap selesai shalat mereka keluar dan tidak kembali lagi.
  • Mengimani nama-nama     malaikat     yang     kita kenali, misalnya Jibril, Mikail, Israfil, Maut. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita mengimani keberadaan mereka secara global. Dan penamaan ini harus sesuai dengan dalil dari al-Quran dan Hadist Rasulullah yang shahih.
  • Mengimani sifat-sifat   malaikat   yang   kita   kenali, misalnya, memiliki sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Dan juga khususnya Malaikat Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat oleh Nabi saw. yang mempunyai 600 sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam. Allah berfirman:

Artinya : Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Fatir/35: 1)

Malaikat bisa menjelma menjadi seorang laki-laki, seperti saat diutus oleh Allah kepada Maryam, Nabi Ibrahim,  Nabi  Luth.  Juga  saat  diutusnya  Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. ketika beliau berkumpul dengan para sahabat dalam satu mejelis untuk mengajarkan agama kepada para sahabat Nabi.

  1. Mengimani tugas-tugas  yang  diperintahkan  Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti membaca  tasbih  dan  beribadah  kepada  Allah  siang dan malam tanpa merasa lelah dan bosan. Dan di  antara  mereka  ada  yang  mempunyai  tugas-tugas tertentu, misalnya:
  2. Malaikat Jibril bertugas   untuk   menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul.
  3. Malaikat Mikail yang      diserahi      mengatur pembagian rezeki kepada semua makhluk Allah.
  4. Malaikat Isrofil yang   diserahi   tugas   meniup sangkakala  tatkala  terjadi  peristiwa  hari  kiamat dan manusia dibangkitkan dari alam kubur.
  5. Malaikat Izrail  yang diserahi  tugas  untuk mencabut nyawa seseorang.
  6. Malaikat Ridwan dan Malik yang diserahi tugas menjaga Surga dan Neraka.
  7. Malaikat Rokib dan ‟Atid yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan manusia. Setiap orang yang dijaga oleh dua malaikat, yang satu pada sisi kanan dan yang satunya lagi pada sisi kiri. Allah swt.
  8. Malaikat Munkar dan Nakir yang diserahi tugas menanyai mayit, yaitu apabila mayit telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya dan Nabinya.

Beriman Kepada Kitab-kitab Allah

Beriman  kepada  kitab  Allah  berarti  meyakini bahwa   Allah   telah   menurunkan   beberapa   kitab-Nya kepada  beberapa  Rasul  untuk  menjadi  pegangan  dan pedoman hidupnya guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah berfirman:

Artinya : Wahai   orang-orang   yang   beriman,   tetaplah   beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya, dan hari Kemudian, maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. an-Nisa’/4: 136)42

Di antara kitab-kitab itu ada yang merupakan pembicaraan Allah dengan rasul tanpa perantara (rasul malaikat), di antaranya ada yang disampaikan melalui seorang rasul malaikat kepada seorang rasul manusia, dan ada  juga  yang  ditulis  oleh  Allah  Swt.

Kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sesuai dengan jumlah rasul-Nya. Hanya di dalam al-Qur‟an dan Hadits tidak disebutkan secara jelas semua nama kitab Allah dan jumlahnya yang diturunkan kepada rasul. Yang disebut namanya secara jelas dalam al-Qur‟an ada empat buah yaitu:

  1. Taurat, yang  diturunkan  kepada  Nabi  Musa  s
  2. Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s
  3. Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s
  4. . Al-Qur‟an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Beriman Kepada Rasul-rasul Allah

Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah telah  memilih  di  antara manusia,  beberapa  orang yang bertindak sebagai utusan Allah (rasul) yang di tugaskan untuk menyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah melalui malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.

Pengertian rasul dan nabi berbeda. Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kepada umatnya. Sedangkan Nabi adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikan pada umatnya. Dengan demikian seorang rasul pasti nabi tetapi nabi  belum tentu  rasul.

Beriman Kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwa sesudah kehidupan ini berakhir masih ada kehidupan yang kekal  yaitu  hari  akhir,  termasuk  semua  proses  dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (ba’as), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar (hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan  manusia di dunia (hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (wazn), sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka  (jaza’).